Selamat Datang di Blog Hijau

Jadikan media ini untuk saling memberi masukan dan kritikan yang bersifat membangun,
terutama dalam mencari materi yang berhubungan sama Teknik Mesin

Laman

Jumat, 04 Februari 2011

Judul TA Teknik Mesin


Judul-Judul Skripsi Teknik Mesin

1.     TA: MESIN PENGUPAS SABUT KELAPA/1999
2.     SISTEM INSTALASI TENAGA LISTRIK TIGA PHASA PADA PT. CENTRAL PROTEINA PRIMA SEMARANG
3.     ANALISA PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP KAPASITAS PENDINGIN
4.     ALTERNATIF PENGGUNAAN SISTEM WATER CHILLER SEBAGAI MESIN PENGONDISI UDARA UNTUK GEDUNG PUSAT BISNIS BATANG GARING DI PALANGKARAY
5.     ANALISA PERHITUNGAN LAJU KOROSI PIPA BAWAH TANAH YANG DILINDUNGI OLEH PROTEKSI KATODIK ARUS TANDINGAN (IMPRESSED CURRENT)
6.     PEMILIHAN DAN PERENCANAAN POMPA AIR UNTUK DISTRIBUSI MESIN PENDINGIN BERTIPE WATER CHILLER DENGAN KAPASITAS 400 TON REFRIGERASI
7.     TA: PERECANAAN KONTRUKSI MESIN PENGGILING KEDELAI
8.     PERENCANAAN ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) UNTUK PEMANAS MINYAK RESIDU DI PT SEMEN GRESIK
9.     BULLDOZER UNTUK PERTAMBANGAN
10.  PERENCANAAN DEDGRE PUMP UNTUK MEMOMPA PASIR LAUT PADA P.T. "X”
11.   PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL UNTUK AIR PENGISI KETEL DI PT SERBA GUNA PRIMA PARE – KEDIRI
12.  KEAMANAN JARINGAN INFORMASI MENGGUNAKAN METODE IPS (INTRUSION PREVENTION SUSTEM)
13.  TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MODULASI DPSK (Differentially Phase Shift Keying)
14.  KEAMANAN JARINGAN INFORMASI MENGGUNAKAN METODE IPS (INTRUSION PREVENTION SUSTEM)
15.  TA: ANALISIS PENGUJIAN TAN DELTA DAN KAPASITAS TRANSFORMATOR DENGAN ALAT UJI OLMAN CB-100
16.   AIR CONDITIONING SYSTEM PADA HOTEL INTERNASIONAL YOGYA
17.  PERANCANGAN SISTEM REFRIGERASI PADA PETI KEMAS PENGANGKUT UDANG BEKU
18.  OPTIMASI RUANG BARAK KETEL UAP, 99
19.  PERENCANAAN FORCED DRAUGHT FAN UNTUK KETEL UAP KAPASITAS 200 TON/JAM, 99
20.  STUDI KASUS PENGKONDISIAN UDARA DENGAN SISTEM AC SENTRAL DI LE MERIDIEN HOTEL NIRWANA BALI RESORT, 99
21.  PERENCANAAN PENGKONDISIAN UDARA PADA GEDUNG PERTOKOAN DIENG PLAZA MALANG, 99
22.  TA / PERENCANAAN MODIFIKASI MESIN PENGGILING JAGUNG DENGAN SISTEM SARINGAN GETAR KAPASITAS 100 KG /JAM, 00
23.  TA / PERENCANAAN MESIN PEMISAH BIJI CABE, 00
24.  TA / PERAWATAN SISTIM PENDINGINAN PADA MOBIL TOYOTA JEEP HARDTOP
25.  TA / PERENCANAAN MESIN PENGGILING KEDELAI KAPASITAS 30 KG/JAM, 99
26.   TA / KALIBARASI POMPA TUNGGAL DAN PEMBUATAN KERANGKA DI LAB MESIN KALOR DAN MESIN FLUIDA TEKNIK MESIN DIPLOMA III, 03
27.  TA / PERENCANAAN CETAKAN VULKANIS DAN ALAT PEMANAS CETAKAN VULKANISIR BAN LUAR MIKROLET UKURAN 5.50 R 13, 01
28.  TA / PERENCANAAN BELT DRIVE MESIN GERINDA KAYU DENGAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK, 97
29.  TA / PERENCANAAN TRANSMISI PESAWAT PENGANGKAT (CRANE) MANUAL, 97
30.   TA / PERENCANAAN KONTRUKSI RANGKA PERLETAKAN SERTA PERAWATAN MESIN SEPEDA MOTOR HONDA 70 UNTUK ALAT PERAGA, 03
31.   TA / PERANCANGAN KONSTRUKSI PIPA PADA UNIT INSTALASI PENGUJIAN POMPA ITN MALANG, 00
32.  TA / PERENCANAAN REM RODA MOBIL PEMOTONG KAYU, 96
33 TA / PERENCANAAN MESIN RAJANG CENGKEH, 96
34 TA / MERENCANAKAN KEMBALI BED MESIN BUBUT BV 20 DITINJAU DARI KONSTRUKSI DAN KEKUATAN PADA PUTARAN DAN DAYA MOTOR 1400 RPM 0.5 HP, 98
35 TA / PROSES PERAKITAN DAN PEMBUATAN MESIN ROL PROFIL ALUMUNIUM, 00
36 TA / PERENCANAAN TRANSMISI DAN KONSTRUKSI MESIN PENGADUK JAMU DENGAN KAPASITAS 50 LITER/JAM, 00
37 TA / PERENCANAAN ALAT PENGERING DAUN TEMBAKAU KAPASITAS 22 KG/96 JAM, 02
38 TA / PERENCANAAN KONSTUKSI PADA PENGUJIAN ROL DENGAN PEMBEBANAN UNTUK MENENTUKAN JENIS PELUMAS, 00
39 TA / PERENCANAAN MESIN GUNTING BAJA BULAT, 00
40 TA / PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI RANTAI ROL PADA PAPAN REKLAME BERPUTAR, 98
41 TA / PRENCANAAN MESIN GERGAJI KAYU, 99
42 TA / PERENCANAAN KONSTRUKSI DAN PENGELASAN PADA MESIN PENGUPAS KULIT BIJI KOPI KERING, 98
43 TA / PERENCANAAN MESIN ROLL UNTUK MEMBUAT EMPING BLINJO DENGAN KAPASITAS 500 EMPING/MENIT, 00
44 SUMBANGAN UNTI PRODUKSI DAN DISIPLIN SISWA TERHADAP KREATIVITAS BELAJAR DALAM PROGRAM DIKLAT PEKERJAAN PERMESINAN SISWA SMK NEGERI 2 YOGYAKARTA, 02
45 TA / PERANCANGAN ALAT PENGERING NANGKA KAPASITAS 1.5 KG/JAM (TABUNG PENGGORENGAN DAN KONDENSOR), 00
46 TA / PERENCANAAN KONSTRUKSI RANGKA DUDUKAN, SISTEM TRANSMISI, KONVERSI ENERGI DAN PERAWATAN PADA MESIN PENDINGIN (AC MOBIL), 03
47 TA / PERANCANGAN DAN PERAWATAN PERALATAN TRANSMISI RODA GIGI KERUCUT LURUS, 00
48 TA / PERENCANAAN TRANSMISI MESIN PENGAYAK PASIR DENGAN SARINGAN BERTINGKAT, 00
49 TA / PERENCANAAN POMPA PISTON AIR DENGAN DEBIT 100 LITER / MENIT, 98
50 TA / PERENCANAAN MESIN GURDI DENGAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK, 00
51 TA / MEMBUAT DONKRAK OTOMATIS, 96
52 TA / PERENCANAAN TRANSMISI MESIN PERAJANG KETELA, 98
53 OPTIMASI KEBUTUHAN UAP UNTUK PENGERING KERTAS PADA PABRIK KERTAS PAPER AND PULP (STUDI TENTAN APLIKASI METODE PROGRAM DINAMIK), 99
54 PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL UNTUK MENAIKKAN MINYAK MENTAH (CRUDE OIL) DI PPT MIGAS CEPU, 00
55 PLATE HEAT EXCHANGERS
56 OPTIMASI PENYERAPAN PANAS PADA SISTEM PENDINGIN AIR TYPE SHELL AND TUBE, 99
57 TA / ANALISIS KERUSAKAN PADA MATA PAHAT TYPE YG-6 UNTUK MESIN BUBUT KONVENSIONAL, 98
58 TA / PERENCANAAN ULANG (MEREDESAIN) KOMPONEN UTAMA MESIN (PIN & RING PISTON) SERTA PERAWATAN DASAR MOTOR BENSIN 4 SILINDER, 03

Kamis, 03 Februari 2011

Teknik Pengecoran logam

Teknik Pengecoran Logam
A. Definisi pengecoran, Review Proses Pengecoran Pengecoran (CASTING) adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian di tuangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat

Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan cirri dari proses pengecoran, yaitu :
1. Adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak
2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam dalam cetakan
3. Pengaruh material cetakan
4. Pembekuan logam dari kondisi cair

Klasifikasi pengecoran berdasarkan umur dari cetakan, ada pengecoran dengan sekali pakai (expendable Mold) dan ada pengecoran dengan cetakan permanent (permanent Mold). Cetakan pasir termasuk dalam expendable mold. Karena hanya bisa digunakan satu kali pengecoran saja, setelah itu cetakan tersebut dirusak saat pengambilan benda coran. Dalam pembuatan cetakan, jenis-jenis pasir yang digunakan adalah pasir silika, pasir zircon atau pasir hijau. Sedangkan perekat antar butir-butir pasir dapat digunakan, bentonit, resin, furan atau air gelas.

B. Terminologi Pengecoran dengan Cetakan Pasir
Secara umum cetakan harus memiliki bagian-bagian utama sebagai berikut :
1. Cavity (rongga cetakan), merupakan ruangan tempat logam cair yang dituangkan kedalam cetakan. Bentuk rongga ini sama dengan benda kerja yang akan dicor. Rongga cetakan dibuat dengan menggunakan pola.
2. Core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat terpisah dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan. Bahan inti harus tahan menahan temperatur cair logam paling kurang bahannya dari pasir.
3. Gating sistem (sistem saluran masuk), merupakan saluran masuk kerongga cetakan dari saluran turun. Gating sistem suatu cetakan dapat lebih dari satu, tergantung dengan ukuran rongga cetakan yang akan diisi oleh logam cair.
4. Sprue (Saluran turun), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi vertikal. Saluran ini juga dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan penuangan yang diinginkan.
Pouring basin, merupakan lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya adalah untuk mengurangi kecepatan logam cair masuk langsung dari ladle ke sprue. Kecepatan aliran logam yang tinggi dapat terjadi erosi pada sprue dan terbawanya kotoran-kotoran logam cair yang berasal dari tungku kerongga cetakan.
5. Raiser (penambah), merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam mengisi kembali rongga cetakan bila terjadi penyusutan akibat solidifikasi.

C. Pengecoran Cetakan Pasir
Pengecoran dengan cetakan pasir melibatkan aktivitas-aktivitas seperti menempatkan pola dalam kumpulan pasir untuk membentuk rongga cetak, membuat sistem saluran, mengisi rongga cetak dengan logam cair, membiarkan logam cair membeku, membongkar cetakan yang berisi produk cord an membersihkan produk cor. Hingga sekarang, proses pengecoran dengan cetakan pasir masih menjadi andalan industri pengecoran terutam industri-industri kecil. Tahapan yang lebih umum tentang pengecoran cetakan pasir diperlihatkan dalam gambar dibawah ini.
1. Pasir
Kebanyakan pasir yang digunakan dalam pengecoran adalah pasir silika (SiO2). Pasir merupakan produk dari hancurnya batu-batuan dalam jangka waktu lama. Alasan pemakaian pasir sebagai bahan cetakan adalah karena murah dan ketahanannya terhadap temperature tinggi. Ada dua jenis pasir yang umum digunakan yaitu naturally bonded (banks sands) dan synthetic (lake sands). Karena komposisinya mudah diatur, pasir sinetik lebih disukai oleh banyak industri pengecoran.
Pemilihan jenis pasir untuk cetakan melibatkan bebrapa factor penting seperti bentuk dan ukuran pasir. Sebagai contoh , pasir halus dan bulat akan menghasilkan permukaan produk yang mulus/halus. Untuk membuat pasir cetak selain dibutuhkan pasir juga pengikat (bentonit atau clay/lempung) dan air. Ketiga Bahan tersebut diaduk dengan komposisi tertentu dan siap dipakai sebagi bahan pembuat cetakan.

2. Jenis Cetakan PasirAda tiga jenis cetakan pasir yaitu green sand, cold-box dan no-bake mold. Cetakan yang banyak digunakan dan paling murah adalah jenis green sand mold (cetakan pasir basah). Kata “basah” dalam cetakan pasir basah berati pasir cetak itu masih cukup mengandung air atau lembab ketika logam cair dituangkan ke cetakan itu. Istilah lain dalam cetakan pasir adalah skin dried. Cetakan ini sebelum dituangkan logam cair terlebih dahulu permukaan dalam cetakan dipanaskan atau dikeringkan. Karena itu kekuatan cetakan ini meningkat dan mampu untuk diterapkan pada pengecoran produk-produk yang besar.
Dalam cetakan kotak dingin (box-cold-mold), pasir dicampur dengan pengikat yang terbuat dari bahan organik dan in-organik dengan tujuan lebih meningkatkan kekuatan cetakan. Akurasi dimensi lebih baik dari cetakan pasir basah dan sebagai konsekuensinya jenis cetakan ini lebih mahal.
Dalam cetakan yang tidak dikeringkan (no-bake mold), resin sintetik cair dicampurkan dengan pasir dan campuran itu akan mengeras pada temperatur kamar. Karena ikatan antar pasir terjadi tanpa adanya pemanasan maka seringkali cetakan ini disebut juga cold-setting processes. Selain diperlukan cetakan yang tinggi, beberapa sifat lain cetakan pasir yang perlu diperhatikan adalah permeabilitas cetakan (kemampuan untuk melakukan udara/gas).

3. Pola
Pola merupakan gambaran dari bentuk produk yang akan dibuat. Pola dapat dibuat dari kayu, plastic/polimer atau logam. Pemilihan material pola tergantung pada bentuk dan ukuran produk cor, akurasi dimensi, jumlah produk cor dan jenis proses pengecoran yang digunakan.
Jenis-jenis pola :
a. Pola tunggal (one pice pattern / solid pattern)Biasanya digunakan untuk bentuk produk yang sederhana dan jumlah produk sedikit. Pola ini dibuat dari kayu dan tentunya tidak mahal.
b. Pola terpisah (spilt pattern)
Terdiri dari dua buah pola yang terpisah sehingga akan diperoleh rongga cetak dari masing-masing pola. Dengan pola ini, bentukproduk yang dapat dihasilkan rumit dari pola tunggal.
c. Match-piate patternJenis ini popular yang digunakan di industri. Pola “terpasang jadi satu” dengan suatu bidang datar dimana dua buah pola atas dan bawah dipasang berlawanan arah pada suatu pelat datar. Jenis pola ini sering digunakan bersama-sama dengan mesin pembuatan cetakan dan dapat menghasilkan laju produksi yang tinggi untuk produk-produk kecil.

4. IntiUntuk produk cor yang memiliki lubang/rongga seperti pada blok mesin kendaraan atau katup-katup biasanya diperlukan inti. Inti ditempatkan dalam rongga cetak sebelum penuangan untuk membentuk permukaan bagian dalam produk dan akan dibongkar setelah cetakan membeku dan dingin. Seperti cetakan, inti harus kuat, permeabilitas baik, tahan panas dan tidak mudah hancur (tidak rapuh).
Agar inti tidak mudah bergeser pada saat penuangan logam cair, diperlukan dudukan inti (core prints). Dudukan inti biasanya dibuatkan pada cetakan seperti pada gambar 8. pembuatan inti serupa dengan pembuatan cetakan pasir yaitu menggunakan no-bake, cold-box dan shell. Untuk membuat cetakan diperlukan pola sedangkan untuk membuat inti dibutuhkan kotak inti.

5. Operasi Pengecoran Cetakan PasirOperasi pengecoran dengan cetakan pasir melibatkan tahapan proses perancangan produk cor, pembuatan pola dan inti, pembuatan cetakan, penuangan logam cair dan pembongkaran produk cor. Tahapan lebih rinci terlihat pada gambar Dibawah ini :

Setelah proses perancangan produk cor yang menghasilkan gambar teknik produk (a) dilanjutkan dengan tahapan-tahapan berikutnya :
b. Menyiapkan bidang dasar datar atau pelat datar dan meletakan pola atas (cope) yang sudah ada dudukan inti dipermukaan pelat datar tadi.
c. Seperti pada langkah c, untuk cetakan bagian bawah (drag) beserta sistem saluran.
d. Menyiapkan koak inti (untuk pembuatan inti)
e. Inti yang telah jadi disatukan (inti yang dibuat berupa inti setengah atau paroan inti)
f. Pola atas yang ada dipermukaan pelat datar ditutupi oleh rangka cetak atas (cope) dan ditambahkan system saluran seperti saluran masuk dan saluran tambahan (riser). Selanjutnya diisi dengan pasir cetak.
g. Setelah diisi pasir cetak dan dipadatkan, pola dan system saluran dilepaskan dari cetakan
h. Giliran drag diisi pasir cetak setelah menempatkan rangka cetak diatas pola dan pelat datar.
i. Setelah disi pasir cetak dan dipadatkan, pola dilepaskan dari cetakan
j. Inti ditempatkan pada dudukan inti yang ada pada drag.
k. Cope dipasangkan pada drag dan dikunci kemudian dituangkan logam cair.
l. Setelah membeku dan dingin, cetakan dibongkar dan produk cor dibersihkan dari sisa-sisa pasir cetakan.
m. Sistem saluran dihilangkan dari produk cor dengan berbagai metoda dan produk cor siap untuk diperlakukan lebih lanjut.
Dalam teknik pengecoran logam fluiditas tidak diartikan sebagai kebalikan dari viskositas, akan tetapi berarti kemampuan logam cair untuk mengisi ruang-ruang dalam rongga cetak. Fluiditas tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan sifat-sifat fisik secara individu, karena besaran ini diperoleh dari pengujian yang merupakan karakteristik rata-rata dari bebrapa sifat-sifat fisik dari logam cair.

Ada dua faktor yang mempengaruhi fluiditas logam cair, yaitu temperatur dan komposisi unsurTemperatur penuangan secara teoritis harus sama atau diatas garis liquidus. Jika temperatur penuangan lebih rendah, kemungkinan besar terjadi solidifikasi didalam gating sistem dan rongga cetakan tidak terisi penuh. Cacat ini disebut juga dengan nama misrun. Cacat lain yang bisa terjadi jika temperatur penuangan terlalu rendah adalah laps dan seams. Yaitu benda cor yang dihasilkan seakan-akan membentuk alur-alur aliran kontinu logam yang masuk kedalam rongga cetak, dimana alur satu dengan alur lai berdampingan daya ikatannya tidak begitu baik. Jika temperatur penuangan terlalu tinggi pasir yang terdapat pada dinding gating sistem dan rongga cetakan mudah lepas sewaktu bersentuhan dengan logam cair dan permukaanya menjadi kasar. Terjadi reaksi yang cepat antara logam tuang, dengan zat padat, cair dan gas diadalam rongga cetakan. Dari pengujian ini dapat dicari daerah temperatur penuangan yang menghasilkan produk dengan cacat yang seminim mungkin.

Faktor utama yang lain yang mempengaruhi besaran fluiditas adalahkomposisi paduan. Logam cair yang memiliki fluiditas yang tinggi adalah logam murni dan alloys komposisi eutectic. Alloys yang dibentuk dari larutan padat, dan memiliki range pembekuan yang besar memiliki fluiditas yang jelek.

Contoh Pola spiral hasil pengujian FluiditasAda beberapa metoda dalam mengukur fluiditas. Metoda ini dibedakan berdasarkan bentuk rongga cetak yang digunakan untuk mengetahui mampu alir logam cair. Ada rongga cetak yanmg berbentuk spiral dan ada juga rongga cetak yang berbentuk lorong yang memanjang. Pemilihan metoda ini sangat tergantung

Beberapa bentuk cetakan untuk pengukuran Fluiditas
dari bentuk benda kerja dan bahan cetakan yang akan digunakan. Dalam melakukan pengukuran mampu alir dipraktikum ini digunakan metode dengan rongga cetak yang berbentuk spiral. Meskipun hasil pengukuran dengan metoda diatas dipengaruhi oleh sifat-sifat cetakan, namun pengukuran tersebut sangat praktis, karena langsung menggambarkan bagaimana mampu alir logam cair dalam rongga cetak dengan bahan cetakan sebenarnya. Harga fluiditasnya dinyatakan dengan panjang (dalam mm) spiral yang terisi logam. Atas dasar hal ini, fluiditas juga dikenal dengan istilah Fluid life.

4.Logam-logam dalam pengecoran
Besi cor- Paduan besi yang mengandung C >: 1,7 % dan 1-3 %Si. Unsur lain dapat ditambahkan dengan maksud untuk meningkatkan sifat-sifat seperti kekuatan, kekerasan atau ketahanan korosi. Unsur yang umumnya ditambahkan yaitu Cr, Cu, Mo dan Ni.
- Besi cor memiliki selang temperature cair yang relaitf lebih rendah daripada baja dan relatif lebih “encer” ketika cair.
- Sifat mekanik besi cor tergantung pada jenis struktur mikronya yaitu bentuk dna distribusi elemen-elemen penyusunnya. Salah satu elemen yang memiliki pengaruh yang berarti adalah grafit. Jumlah ,ukuran dan bentuk grafit mempengaruhi kekuatan dan keuletan besi cor. Selain grafit, matriks juga ikut mempengaruhi sifat mekaniknya. Matris besi cor sama dengan yang terdapat pada baja, yaitu feritik, perlitik, feritik+perlitik dan martensitik. Matriks yang terjadi tergantung pada :
# Komposisi kimia
# Laju pendinginan, dan
# Proses perlakuan panas

Ada lima jenis besi cor :
# Besi cor kelabu (grey cast iron)
# Besi cor malleable (malleable cast iron)
# Besi cor putih (white cast iron)
# Besi cor nodular (nodular/ductile cast iron)
# Compacted graphite cast iron (memiliki struktur mikro antara besi cor
# Kelabu dan besi cor nodular).

Sifat mekanik :
- 45 -75 ksi (kekuatan tarik)
- 35 – 60 ksi (kekuatan luluh)
- 1 – 6% (perpanjangan)

Sifat matriks dan karakter grafit diperoleh dari kesetimbangan
- Komposisi kimia
- Derajat inokulasi
- Laju pembekuan
- Pengaturan laju pendinginan

Untuk mendapatkan sifat yang diinginkan, biasanya pada besi cor diterapkan perlakuan panas karena dari kondisi hasil pengecoran (as-cast) tidak diperoleh sifat yang diinginkan. Proses perlakuan panas yang umum diterapkan :
- Annealing
- Austenitizing dan Quenching
- Tempering

Besi Cor Putih
* Besi cor putih terbentuk ketika unsur karbon (C) tidak mengendap sebagai grafit selama proses pembekuan, akan tetapi tetap berkaitan dengan unsur besi (Fe), krom (Cr) atau molibden (Mo) membentuk karbida.
* Besi cor putih bersifat keras dan getas dan memiliki tampilan patahn seperti kristal berwarna putih.

Besi Cor Kelabu
* Besi cor kelabu merupakan paduan dari unsur-unsur besi (Fe), karbon © dan silicon (Si) yang mengandung “ karbon tak berkaitan” dalam bentuk grafit. Nama besi cor kelabu didapat dari tampilan patahan berwarna kelabu.
* Besi cor kelabu untuk keperluan otomotif dan konstruksi umum lainnya dibagi menjadi 10 kelas/garde yang didasarkan pada kekuatan tarik minimumnya.

* Kekuatan, kekerasan dan struktur mikro dari besi cor kelabu dipengaruhi oleh beberapa factor seperti komposisi kimia, desain, cetakan, karakteristik cetakan dan laju pendinginan selama dan setelah pembekuan.
* Unsur Cu, Cr, Mo dan Ni seringkali ditambahkan untuk mengatur struktur mikro matriks dan pembentukan grafit. Selain itu bertujuan untuk meningkatkan ketahanan korosi besi cor kelabu pada beberapa media.
* Besi cor kelabu dapat dikeraskan dengan proses quenching dan temperature sekitar 1600˚F (menjadi getas). Kombinasi dengan proses temper akan meningkatakan ketangguhan dan menurunkan kekerasannya.

Besi Cor Malleable
> Besi cor ini dihasilkan dari proses perlakuan panas besi cor putih yang memiliki komposisi tertentu.
> Proses terbentuknya beis cor putih akibat :
> Rendahnya kandungan karbon dan silikon
> Adanya unsur-unsur pembentuk karbida seperti Cr, Mo dan V
> Laju pendinginan dan pembekuan yang tinggi
> Pada proses pembuatan besi cor malleable, besi cor putih dipanaskan hingga temperatur diatas temperatur eutectoid (1700oF) kemudian ditahan hingga beberapa jam dan didinginkan dalam tungku. Proses tersebut menyebabkan unsure karbon terlarut dalam austenit, mengendap dan membentuk grafit bulat tak beraturan (irregular nodules of graphite) yang disebut korbon temper. Proses ini akan menghasilkan besi cor malleable dengan matriks ferit.

Besi Cor Nodular
> Besi cor nodular memiliki komposisi unsure yang sama dengan besi cor kelabu. Unsure tersebut yaitu karbon dan silikon.
> Perbedaan besi cor nodular dan kelabu terletak pada bentuk grafit (untuk menghasilkan bentuk grafit yang berbeda, digunakan proses yang berbeda pula)
> Pembulatan grafit dicapai karena ditambahkan unsure Magnesium (Mg) dan Cerium (Ce).

Baja (Baja Cor)
> Salah satu jenis baja adalah baja karbon yaitu paduan besi-karbon yang mengandung unsure karbon kurang dari 1,7 % (beberapa literature menyebutkan kandungan karbon maksimum 2.0 %). Sebagai tambahan selain karbon, baja cor mengandung
- Silikon (Si) : 0.20 – 0,70 %
- Mangan (Mn) : 0,50 – 1,00 %
- Fosfor (P) : <>
- Sulfur (S) : <>
> Struktur mikro baja cor yang memiliki kandungan karbon kurang dari 0,8 % (baja hypoeutektoid) terdiri dari FERIT dan PERLIT. Kadar karbon yang lebih tinggi menambah jumlah perlit.
> Struktur mikro baja cor yang memiliki kandungan karbon lebih dari 0,8 % (baja hipereutektoid) terdiri dari SEMENTIT (Fe3C) dan PERLIT. Kadar karbon yang lebih tinggi menambah jumlah sementit.
> Baja cor dengan kadar C=0,20 % diatas diperoleh dari pendinginan didalam tungku dari temperatur 950oC setelah pengecoran. Bagian yang hitam adalah PERLIT dan yang putih adalah FERIT. Sedangkan baja cor dengan kadar C=0,8 % didinginkan dalam tungku 900oC struktur yang terlihat jelas yaitu PERLIT.

5. Proses Peleburan Logam
Peleburan logam merupakan aspek terpenting dalam operasi-operasi pengecoran karena berpengaruh langsung pada kualitas produk cor. Pada proses peleburan, mula-mula muatan yang terdiri dari logam, unsur-unsur paduan dan material lainnya seperti fluks dan unsur pembentuk terak dimasukkan kedalam tungku. Fluks adalah senyawa inorganic yang dapat “membersihkan” logam cair dengan menghilangkan gas-gas yang ikut terlarut dan juga unsur-unsur pengotor (impurities). Fluks memiliki beberpa kegunaan yang tergantung pada logam yang dicairkan, seperti pada paduan alumunium terdapat cover fluxes (yang menghalangi oksidasi dipermukaan alumunium cair),. Cleaning fluxes, drossing fluxes, refining fluxes, dan wall cleaning fluxes
Tungku-tungku peleburan yang biasa digunakan dalam industri pengecoran logam adalah tungku busur listrik, tungku induksi, tungku krusibel, dan tungku kupola. Karakteristik masing-masing tungku peleburan adalah :

a. Tungku busur listrik
laju peleburan tinggi ® laju produksi tinggi
polusi lebih rendah dibandingkan tungku-tungku lain
memiliki kemampuan menahan logam cair pada temperatur tertentu untuk jangka waktu lama untuk tujuan pemaduan

b. Tungku induksi
> Khususnya digunakan pada industri pengecoran kecil
> Mampu mengatur komposisi kimia pada skala peleburan kecil
>Terdapat dua jenis tungku yaitu Coreless (frekuensi tinggi) dan core atau channel (frekuensi rendah, sekitar 60 Hz)
> Biasanya digunakan pada industri pengecoran logam-logam non-ferro
> Secara khusus dapat digunakan untuk keperluan superheating (memanaskan logam cair diatas temperatur cair normal untuk memperbaiki mampu alir), penahanan temperatur (menjaga logam cair pada temperatur konstan untuk jangka waktu lama, sehingga sangat cocok untuk aplikasi proses die-casting), dan duplexing/tungku parallel (menggunakan dua tungku seperti pada operasi pencairan logam dalam satu tungku dan memindahkannya ke tungku lain)

c. Tungku krusibel
> Telah digunakan secara luas disepanjang sejarah peleburan logam. Proses pemanasan dibantu oleh pemakaian berbagai jenis bahan bakar.
>Tungku ini bias dalam keadaan diam, dimiringkan atau juga dapat dipindah-pindahkan
>Dapat diaplikasikan pada logam-logam ferro dan non-ferro

d. Tungku kupola
>Tungku ini terdiri dari suatu saluran/bejana baja vertical yang didalamnya terdapat susunan bata tahan api
>Muatan terdiri dari susunan atau lapisan logam, kokas dan fluks
>Kupola dapat beroperasi secara kontinu, menghasilkan logam cair dalam jumlah besar dan laju peleburan tinggi
Muatan Kupola
- Besi kasar (20 % - 30 %)
- Skrap baja (30 % - 40 %)
Kadar karbon dan siliko yang rendah adalah menguntungkan untuk mendapat coran dengan prosentase Carbon dan Si yang terbatas. Untuk besi cor kekuatan tinggi ditambahkan dalam jumlah yang banyak.
> Skrap balik
Yang dimaksud skrap balik adalah coran yang cacat, bekas penambah, saluran turun, saluran masuk atau skrap balik yang dibeli dari pabrik pengecoran.
>Paduan besi
Paduan besi seperti Fe-Si, Fe-Mn ditambahkan untuk mengatur komposisi. Prosentase karbon berkurang karena oksidasi logam cair dalam cerobong dan pengarbonan yang disebabkan oleh reaksi antar logam cair dengan kokas. Prosentase karbon terutama diatur oleh perbandingan besi kasar dan skrap baja. Tambahan harus dimasukkan dalam perhitungan untuk mengimbangi kehilangan pada saat peleburan. Penambahan dimasukkan 10 sampai 20 % untuk Si dan 15 sampai 30 % untuk Mn.
Prosentase steel bertambah karena pengambilan steel dari kokas. Peningkatan kadar belerang (steel) yang diperbolehkan biasanya 0,1 %

Metalurgi Proses Pengecoran
Pembekuan ingot dan Coran
Dari Pembekuan ingot dihasilkan 3 daerah dengan karakteristik yang berbeda. Daerah-daerah tersebut adalah :
1. Chill Zone
Selama proses penuangan logam cair kedalam cetakan, logam cair yang berkontak langsung dengan dinding cetakan akan mengalami pendinginan yang cepat dibawah temperatur likuidusnya. Akibatnya pada dinding cetakan tersebut timbul banyak inti padat dan selanjutnya tumbuh kearah cairan logam. Bila temperatur penuangannya rendah, seluruh bagian logam cair akan membeku secara cepat dibawah temperatur likuidus. Disisi lain bila temperatur penuangan tinggi, cairan logam yang berada ditengah-tengah ingot akan tetap berada diatas temperatur likuidus untuk jangka waktu lama.

2. Columnar zone
Sesaat setelah penuangan, gradien temperatur pada dinding cetakan menurun dan kristal pada daerah chill tumbuh memanjang dalam arah kristal tertentu. Kristal-kristal tersebut tumbuh memanjang berlawanan dengan arah perpindahan panas (panas bergerak dari cairan logam kea rah dinding cetakan yang bertemperatur lebih rendah) yang disebut dengan dendrit. Setiap kristal dendrit mengandung banyak lengan-lengan dendrit (primary dendrit). Jika Fraksi volum padatan (dendrite) meningkat dengan meningkatnya panjang dendrit dan jika struktur yang terbentuk berfasa tunggal, maka lengan-lenagn dendrti sekunder dan tertier akan timbul dari lengan dendrit primer. Daerah yang terbentuk antara ujung dendrit dan ttitik dimana sisa cairan terakhir akan membeku disebut sebagai mushy zone atau pasty zone.

3. Equiaxed zone
Daerah ini terdiri dari butir-butir equiaxial yang tumbuh secara acak ditengah-tengah ingot. Pada daerah ini perbedaan temperatur yang ada tidak menyebabkan terjadinya pertumbuhan butir memanjang.

Pengaruh Penyusutan
Kebanyakan logam akan menyusut selama proses pembekuan dan ini mengakibatkan perubahan struktur ingot. Paduan-paduan dengan selang pembekuan (daerah antara temperatur liquidus dan solidus ) yang sempit menghasilkan mushy zone yang sempit pula dan pada bagian permukaan atas ingot terdapat sisa cairan logam yang lama kelamaan akan berkurang hingga pembekuan berakhir dan pada ingot mengandung rongga cukup dalam pada bagian tengah atau disebut pipe.
Pada paduan-paduan dengan selang temperatur pembekuan lebar, mushy zone dapat menempati seluruh bagian ingot sehingga tidak terbentuk pipe.

Segregasi pada Ingot dan Coran
Pada struktur pembekuan terdapat dua jenis segregasi yaitu segregasi makro (perubahan komposisi pada tiap bagian spesimen) dan segregasi mikro (seperti yang terjadi antara lengan dendrit sekunder). Ada empat faktor yang menyebabkan timbulnya segregasi makro, yaitu :
> Penyusutan karena pembekuan dan kontraksi panas
> Perbedaan kerapatan antardendritik cairan logam
> Perbedaan kerapatan antara padatan dan cairan
> Temperatur yang menyebabkan perbedaan kerapatan dalam cairan
Segregasi dalam pembekuan logam tidak diinginkan karena memberikan pengaruh buruk pada sifat mekanik. Untuk segregasi mikro, pengaruhnya dapat dikurangi dengan proses perlakuan panas (homogenisasi).

Pemeriksaan Produk Cor
Tujuan :
1. Pemeriksaan rupa
>Pemeriksaan rupa/fisik
>Pemeriksaan dimensi (menggunakan jangka sorong, micrometer, jig pemeriksa dan alat ukur lainnya)

2. Pemeriksaan cacat dalam (pemeriksaan tidak merusak, NDT)
-->Pemeriksaan ketukan
-->Pemeriksaan penetrasi (dye-penetrant)
-->Pemeriksaan magnafluks (magnetic-particle)
-->Pemeriksaan supersonic (ultrasonic)
-->Pemeriksaan radiografi (radiografi)

3. Pemeriksaan material
a. Pengujian kekerasan (menggunakan metoda Brinell, Rockwell, Vickers dan Shore)
b. Pengujian tarik
c. Pengujian analisa kimia (spektrometri,EDS)
d. Pengujian struktur mikrodan struktur makro
4. Pemeriksaan dengan merusak

Cacat-cacat Coran
Komisi pengecoran international telah membuat penggolongan cacat-cacat coran dan dibagi menjadi 9 kelas, yaitu :
a. Ekor tikus tak menentukan atau kekerasan yang meluas
b. Lubang-lubang
c. Retakan
d. Permukaan kasar
e. Salah alir
f. Kesalahan ukuran
g. Inklusi dan struktur tak seragam
h. Deformasi
i. Cacat-cacat tak nampak

Proses Pembuatan Besi Kasar
Pada umumnya logam-logam yang dihasilkan dari dalam tambang masih dalam bentuk batu-batuan dan biasanya terdapat dalam keadaan terikat dengan unsur-unsur lain. Untuk dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan barang-barang jadi atau setengah jadi maka terlebih dahulu logam-logam tersebut mendapat beberapa pengerjaan.

Tanur tinggi
Tanur tinggi digunakan untuk mengolah logam-logam tambang (bijih besi), kokas, batu kapur untuk dijadikan besi kasar. Besi kasar yang dihasilkan ini nantinya masih perlu diolah kembali didalam tungku-tungku baja untuk dijadikan baja atau besi cor.Tanur tinggi mempunyai tinggi ± 30 m dan diameter terbesar ± 9 m. bagian luar terbuat dari pelat-pelat baja dan bagian dalamnya dilapisi bata tahan api.

Tungku ini dibagi menjadi bagian utama yaitu :
-->Bagian atas (puncak)
Bahan-bahan seperti kokas, bijih besi dan bahan tambahan (kapur) dimasukkan melalui bagian ini. Pada bagian ini juga dilengkapi dengan lubang-lubang untuk melakukan udara.
-->Bagian tengah
Bagian tengah ini memiliki bangun berbentuk kerucut yang makin kebawah makin besar. Fungsinya dibuat demikian adalah :
- Bahan-bahan mudah bergeser kebawah
- Gas CO dapat mencapai setiap tempat dekat dinding
-Bagian dalam tungku dilapisi dengan bata tahan api.
--> Bagian bawah
Bagian ini mempunyai bangun berbentuk kerucut yang makin kebawah semakin mengecil dan gunanya dibuat demikian adalah :
- Cairan mudah dikumpulkan pada tungku
- Isi tungku makin lama makin mengecil
Bagian dalamnya terbuat dari bata tahan api kualitas tinggi karena dinding bagian ini harus tahan terhadap temperatur tinggi (± 3000 oF) dan tahan terhadap reaksi kimia seperti tahan terhadap asam-asam, terutama bila bijih besinya mengandung fosfor.

d. Bagian Tungku
Bagian ini berbentuk silinder yang merupakan tabung persegi empat. Pada bagian dalamnnya dipasang bata tahan api kualitas tinggi dan memiliki ketebalan ± 1m. Dibuat tebal dan menggunakan bata tahan api karena :
- Dapat tahan terhadap proses kimia
- Dapat tahan terhadap tekanan logam cair dan terak cair
- Dapat tahan terhadap temperatur tinggi
Diantara pasangan-pasangan bata tahan api, dipasang pipa-pipa saluran yang dialiri air pendingin dan pada bagian atas tabung dipasang pipa-pipa yang digunakan untuk menyalurkan udara panas. Pada bagian dinding tungku dipasangi lubang laluan logam cair dan terak cair.
Bahan-bahan dalam Proses Tanur Tinggi
1. Biji besi
Besi didapat dengan mengambil dari biji besi yang umumnya berbentuk oksida dari alam dan besi murni hanya didapat dalam jumlah yang kecil. Pemisahan unsur besi dari biji besi dilakukan dalam sebuah tungku yang dinamai dengan SMELTING (proses reduksi). Adapun biji besi tersebut ditemukan dalam bentuk sebagai berikut :
a. Berbentuk batu
- Hematit (Fe2O3, batu besi merah) mengandung unsur besi antara 45 %-65 % dan sedikit mengandung fosfor.
- Magenetit (Fe3O4) mengandung unsur besi antara 40 % - 70 % dan hampir tidak mengandung fosfor, berwarna hijau tua mendekati warna hitam dan mempunyai sifat magnet yang kuat.
- Fe2O3H2O, mengandung unsur besi 25 % - 50 % air dan fosfor
b. Berbentuk pasir
Pasir besi (TiO2) mengandung oksida besi = 70 % yang bercampur dengan oksida titan (Ti2O2) antara 9 % - 11 %
- Berbutir halus
Sperosiderit mengandung unsur besi ±40 % bercampur dengan tanah liat.

2. Batu Kapur
Biji besi hasli proses reduksi belum dapat diaktakan bersih secara keseluruhan dan masih terdapat kotoran-kotoran. Untuk menghilangkan kotoran-kotoran tersebut maka pada saat diproses dalam tanur tinggi ditambahkan batu kapur (CaO atau dolomite, CaCO3) sehingga akan membentuk terak

3. Bahan Bakar
Bahan bakar yang digunakan dalam proses tanur tinggi adalah kokas dan arang kayu
a. Arang kayu
Keuntungan mengunakan arang kayu adalah karena bersih, tidak mengandung P dan S. Sedangkan kerugiannya adalah :
-->Nilai kalornya rendah kira-kira 400 Cal/Kg
-->Tidak keras, mudah pecah dan berpori-pori
-->Jumlahnya terbatas
-->Hanya dapat digunakan untuk tanur tinggi yang memiliki tinggi 17-20m

b. Kokas
Didapat dari pembakaran tidak sempurna batu bara. Keuntungan menggunakan kokas sebagai bahan bakar adalah :
-->Nilai kalornya tinggi sekitar 8000 Cal/Kg
-->Keras, besar-besar dan berpori-pori
-->Mempunyai kadar karbon yang tinggi
-->Sewaktu pembuatan kokas terdapat hasil tambahan seperti gas, ter, dll.
Kekurangan bahan bakar kokas yaitu mengandung belerang (S) dan ini sangat buruk pengaruhnya terhadap pembuatan baja atau besi cor.
Anthrosit
Keuntungan menggunakan bahan bakar jenis ini adalah :
-->Nilai karbonnya tinggi sekitar 8000 Cal/Kg
-->Cukup keras dan besar-besar
-->Tidak mengandung gas
Kekurangan bahan bakar anthrosit adalah tidak berpori dan hanya sedikit terdapat di dunia

4. Udara panas
Udara panas digunakan untuk membantu pembakaran (CO2) dan pembentukan gas CO sebagai gas untuk reduksi biji besi. Untuk mereduksi bijih besi diperlukan udara panas yang banyak dan udara panas yang digunakan mempunyai temperatur ±900OC. Untuk mendapat udara panas dengan temperatur yang tinggi adalah dengan memanaskan udara dingin di tungku pemanas yang dinamakan tungku COWPER. Udara dingin yang dimasukkan didatangkan dari kompresor torak.
Keuntungan menggunakan udara panas dalam proses tanur tinggi adalah untuk menghemat bahan bakar untuk mempercepat proses reduksi atau pencairan biji besi.

Tehnik Penulisan Laporan

PENULISAN KARYA ILMIAH

Gambaran Umum Tentang Karya Ilmiah
Menulis sebuah naskah ilmiah merupakan sebuah pekerjaan dengan tantangan yang khas, sebagian dikarenakan harapan kita ketika membaca sebuah karangan ilmiah sangat berbeda dengan ketika kita membaca jenis naskah lainnya. Normalnya, seseorang tidak membaca sebuah karangan ilmiah secara linier "dari awal sampai akhir". Pada saat membaca sebuah karangan ilmiah orang biasanya memusatkan perhatian untuk mendapatkan poin-poin penting dengan membaca abstrak/ringkasan, gambar, atau paragraf awal dalam bab pembahasan. Perhatian terhadap teks selebihnya baru diberikan ketika seseorang akan mengulang percobaan, mengumpulkan informasi untuk tinjauan pustaka, atau mengevaluasi kekurangan dalam metoda yang digunakan atau interpretasi hasilnya.

Sebuah karangan ilmiah hendaknya ditulis dengan sejelas dan setepat mungkin. Ekonomi prosa dengan demikian menjadi hal yang sangat penting. Selain itu karangan ilmiah harus mengacu pada sejumlah informasi penting tentang pelaksanaan penelitian dan pustaka yang telah diketahui tentang subyek dari karangan. Data harus diringkas dalam beberapa cara: tabulasi (ringkasan data dan analisis statistik), gambar, dan teks hasil (yang mungkin juga memuat analisis statistik). Tabel dan gambar digunakan untuk menunjukkan pola dari hasil kepada pembaca. Analisis statistik digunakan untuk memberikan kredibilitas terhadap pernyataan yang disusun.

Gaya PenulisanMenulis untuk sebuah karangan ilmiah haruslah menghindari kalimat-kalimat berbunga. Sebaliknya penulisan haruslah 'selangsung' mungkin ke pokok pikiran/masalah yang dimaksud. Gunakan gaya bahasa yang datar dan sebisa mungkin hindari penggunaan jargon yang spesifik untuk disiplin ilmu tertentu. Sebaiknya gunakan kalimat pasif untuk menjelaskan gagasan-gagasan anda. Ketika menguraikan hasil, lakukan seolah-olah sedang menjelaskan gambar atau tabel kepada seorang teman. Sebaiknya dihindari penggunaan terminologi statistik dalam tubuh kalimat. Terakhir, organisasikan naskah menurut format yang ditetapkan oleh penyandang dana.
Organisasi Naskah ilmiah tersusun atas beberapa bab :
Abstrak
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Metode
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran

Proses PenulisanAnggapan bahwa menyusun karya ilmiah dapat dilakukan hanya dengan duduk di depan komputer, mengetikan dengan melihat pada catatan-catatan penting, lalu menghasilkan sebuah karya, adalah SALAH besar. Tidak mungkin seseorang dapat memulai tanpa persiapan dan menghasilkan karya ilmiah yang bagus, karena sangat sulit untuk mengorganisasikan bahan dan menulisnya pada saat yang bersamaan.

Berikut ini merupakan beberapa saran untuk menyusun karya ilmiah yang baik:

Susun Rencana PenulisanSebelum memulai menulis, carilah suatu cara untuk mengorganisasikan bahan-bahan yang dimiliki sehingga diketahui apa yang akan ditulis, bagaimana urutannya, dan apa yang ingin disampaikan. Usahakan menulis sebuah outline. Usahakan menulis gagasan pada secarik kertas. Tulisan tersebut tidak harus rapi, karena dimaksudkan sebagai alat bantu ketika memikirkan apa yang akan diungkapkan. Gunakan cara apapun yang cocok untuk diri anda, bagaimanapun anehnya cara tersebut!

Abaikan Bahasa!Ketika merencanakan penulisan, jangan mengkhawatirkan bahasa. Pusatkan perhatian pada apa yang akan diungkapkan. Jangan membuang waktu dengan terlalu memusatkan perhatian pada spelling. Hal-hal tersebut dapat dipikirkan belakangan setelah diputuskan tentang apa yang akan diungkapkan. Jika terlalu banyak menghabiskan waktu untuk memperbaiki tata-bahasa dalam menyusun naskah awal, harus diingat, mungkin belakangan nanti akan banyak paragarf yang harus dihilangkan karena ternyata tidak diperlukan; atau setidaknya harus dilakukan perubahan yang mendasar. Dengan demikian, berikan perhatian pada tata-bahasa setelah yakin benar dengan apa yang akan diungkapkan.

Tulis dan Tulis Ulang
Para penulis yang lebih berpengalaman umumnya menulis ulang dan melakukan perubahan teks lebih mendalam daripada mereka yang kurang berpengalaman. Setiap orang memerlukan waktu yang cukup untuk dapat menyusun karya yang baik. Semakin baik seorang penulis akan semakin dapat melihat bahwa gagasan/tulisan/ pemikiran awal yang dapat diperbaiki. Karena itu, kita harus memberi waktu cukup pada diri kita sendiri untuk menulis ulang gagasan/pemikiran agar pembaca mencapai pemahaman terbaik tentang apa yang ingin kita ungkapkan, bukannya apa yang terbaik yang dapat dicapai pada menit-menit terakhir.

Cari Pembaca Sukarela!Mintalah beberapa orang membaca apa yang telah anda tulis. Minta tolonglah pada teman, atau dosen pembimbing anda. Lakukan hal tersebut tanpa menunggu naskah anda "sempurna" karena jika orang yang anda mintai tolong memberi saran perubahan mungkin anda akan merasa keberatan melakukannya. Berikan kepada sukarelawan anda naskah sementara (draft) dan beritahukan umpan balik apa yang anda perlukan: komentar atas organisasi naskah? gagasan? bahasa? Atau aspek teknis dari apa yang sudah anda tulis.

Teruslah menulis!Karya yang bagus memerlukan latihan. Orang yang dapat menjadikan diri kita sebagai penulis yang handal hanyalah diri kita sendiri. Jadi lakukan pekerjaan tersebut, tunjukkan hasilnya pada orang lain, lalu tulis ulang, tulis ulang, dan tulis ulang naskah anda.
Tersedia banyak buku teks maupun panduan menulis yang dapat dijadikan acuan. Buku-buku tersebut memberikan banyak metode yang dapat diterapkan, namun jika metode-metode tersebut tidak cocok untuk anda maka gunakan cara anda sendiri.

Menyusun Pendahuluan

Tujuan PendahuluanJelas bahwa pendahuluan terletak pada bagian awal dari sebuah naskah. Ia mengenalkan penelitian dengan mensituasikannya (dengan memberikan latar belakang), menampilkan masalah penelitian,dan menyatakan bagaimana serta mengapa masalah tersebut akan dipecahkan. Tanpa informasi penting tersebut pembaca tidak akan dapat dengan mudah memahami lebih rinci tentang penelitian yang akan dilakukan. Pendahuluan juga menerangkan mengapa penelitian dilakukan (rasional) yang akan sangat krusial bagi pembaca untuk memahami pentingnya kajian yang diusulkan.

Setelah membaca pendahuluan maka pembaca seharusnya dapat menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:
· Apa yang menjadi konteks dari permasalahan? Dalam situasi atau lingkungan seperti apa masalah tersebut dapat teramati? (Latar Belakang)
· Mengapa penelitian tersebut penting? Siapa yang akan mendapatkan manfaat? Mengapa kita perlu mengetahuinya? Mengapa situasi, metoda, model atau perangkat perlu diperbaiki? (Rasionalisasi)
· Apa yang tidak kita ketahui? Kesenjangan apa dalam pengetahuan kita yang akan terisi oleh hasil penelitian ini? Apa yang perlu diperbaiki? (Permasalahan).
· Langkah-langkah apa yang akan dicoba ditempuh peneliti dan mengisi kesenjangan atau memperbaiki situasi? (Tujuan)
· Apakah terdapat aspek-aspek tertentu dari masalah yang tidak akan dibahas oleh peneliti? Apakah kajian terbatas pada suatu kawasan geografis tertentu atau aspek tertentu dari situasi yang dikaji? (Ruang lingkup).
· Adakah faktor, kondisi, atau kondisi sekitar yang dapat menghalangi peneliti mencapai tujuannya? (Batasan Masalah)
· Dalam acuan metode, model, formulasi, atau pendekatan, apakah peneliti mensyaratkan suatu kondisi tertentu? Adakah kondisi dasar atau pernyataan peneliti yang harus benar? (Asumsi)Masalah yang sering terjadi
· Terlalu rinci sehingga terlalu panjang. Harap diingat bahwa yang ditulis adalah pendahuluan, semacam gambaran umum. Walaupun yang dicakup adalah poin yang penting, uraian terinci tentang metode, lokasi, dan hasil akan dibahas pada bagian lain di belakang.
· Definisi masalah yang tidak jelas. Tanpa definisi yang jelas tentang masalah penelitian, pembaca naskah anda akan kesulitan untuk memiliki gambaran tentang apa yang anda kaji. Hal ini berarti bahwa mereka tidak dapat memberikan penilaian tentang relevansi pekerjaan anda maupun kemanfaatannya, kualitasnya, dan lain sebagainya. Sebagai latihan, anda harus mampu menyusun kalimat lengkap yang dimulai dengan "Tujuan dari penelitian ini adalah …" yang mampu mencakup masalah yang diselidiki. Tentu saja, tidak selalu harus menuliskan hal tersebut dalam satu kalimat pada proposal/skripsi. Namun hal tersebut dapat berfungsi sebagai suatu cara yang mudah untuk memastikan bahwa masalah penelitian telah ditulis dengan jelas. Dalam skripsi pernyataan masalah penelitian seharusnya dapat disusun dalam satu kalimat - rincian masalah dapat ditulis dalam kalimat yang lain yang mengikuti pernyataan tersebut. Selain itu, haruslah selalu diperhatikan bahwa masalah penelitian sesuai dengan judul skripsi, metodologi, dan tujuan.
· Pengulangan kata, frase, atau ide. Anda akan memiliki kata kunci yang penting dalam penelitian. Walaupun demikian, pembaca tidak menginginkan membaca kata-kata tersebut berulang kali. Pengulangan yang berlebihan akan membuat naskah terlihat disusun dengan tidak cermat. Untuk menguranginya, beri tanda pada frase atau kata yang sering terpakai - lalu ganti dengan padanan kata yang sesuai.
· Organisasi yang kurang bagus. Menulis pendahuluan yang dapat secara efektif mengantarkan masalah penelitian sering kali bukan merupakan pekerjaan mudah. Kerap terjadi ketika kita menulis kita mengungkapkan secara gradual apa yang ingin kita katakan dan bagaimana kita ingin mengatakannya. Menulis adalah sebuah sebuah proses untuk menemukan sesuatu. Karena itu, haruslah selalu siap untuk melakukan perubahan besar pada apa yang telah ditulis maupun susunan yang digunakan untuk memaparkan ide dan informasi. Pendahuluan haruslah memiliki urutan yang logis sehingga pembaca dapat mengikuti alur pemikiran penulis dengan mudah.

Bagaimana mengorganisasikan "Pendahuluan"Skema berikut diadaptasi dari Swales (1984). Swales telah meneliti struktur pendahuluan pada berbagai artikel jurnal akademik. Skema yang diuraikan disini merupakan pola yang umum terdapat pada artikel-artikel tersebut. Skema tersebut bukanlah suatu "aturan" tentang bagaimana kita menulis, namun lebih merupakan panduan yang berguna tentang bagaimana memikirkan pengorganisasian informasi yang akan dikemukakan.

Skema "Pendahuluan"
Langkah 1: Tegaskan bidang penelitian dengan cara:
· Mengungkapkan sentralitas (mengapa bidang kajian merupakan bidang yang penting); dan / atau
· melangkah dari umum ke khusus; dan / atau
· meninjau (review) bagian-bagian yang relvan dari penelitian-penelitian sebelumnya.
Langkah 2: Definisikan masalah penelitian dengan cara:
· Mengindikasikan adanya kesenjangan; atau
· memunculkan sebuah pertanyaan; atau
· melanjutkan garis penelitian yang telah dikembangkan sebelumnya; atau
· counter-claiming (ketidak-setujuan dengan pendekatan yang telah ada atau yang diterima umum)
Langkah 3: Ajukan pemecahan masalah dengan cara:
· mengungkapkan tujuan ; dan / atau
· mengumumkan penelitian yang dikerjakan (metodologi); dan
· mengumumkan temuan utama (hasil); dan
· mengindikasikan struktur penelitian.

Bidang Kajian
Mula-mula, dalam menulis diperlukan untuk mengungkapkan wilayah penelitian (research area) di mana pekerjaan penelitian yang dilakukan berada, dan untuk menyediakan konteks bagi masalah penelitian.

Terdapat tiga unsur utama, yaitu:
Mengungkapkan sentralitas: Mengungkapkan bahwa bidang penelitian adalah sesuatu yang penting, dan karena itu mengimplikasikan bahwa penelitian yang dikerjakan juga penting. Misalnya: "Mempertahankan suhu terendah yang aman (di atas titik beku) dan kelembaban tinggi merupakan cara yang paling penting untuk penyimpanan sayuran." (Barth et al., 1993).
Kata-kata "cara yang paling penting" mengindikasikan sentralitas dengan memperlihatkan dua faktor yang krusial.
Dari Umum ke Khusus: Kebanyakan naskah dimulai dengan informasi umum dan bergerak ke informasi yang lebih khusus. Aturan ini juga berlaku pada penulisan pendahuluan. Sebagai contoh:Belakangan ini, terdapat peningkatan kesadaran terhadap dampak potensial dari polutan semacam logam berat. Lebih jauh, metode tradisional untuk menangani aliran air yang mengandung kontaminan sangatlah mahal dan membutuhkan fasilitas yang juga berharga mahal (1). Hal ini terutama terasa di negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Hal tersebut menuntut penggunaan teknologi alternatif. Penggunaan bahan-bahan biologis merupakan salah satu teknologi yang mendapat perhatian besar (Ho et al., 1996).
Penjelasan:
· Kalimat pertama: pengaruh logam berat (umum).
· Kalimat ke dua: biaya dan metode penanggulangan logam berat (agak umum).
· Kalimat ke tiga: biaya dan metode penanggulangan logam berat di negara berkembang (agak spesifik).
· Kalimat ke empat: teknologi alternatif untuk memecahkan masalah biaya dan metode penanggulangan logam berat (lebih spesifik).
· Kalimat ke lima: bahan-bahan biologis sebagai salah satu contoh untuk mengatasi masalah biaya dan metode penanggulangan logam berat (sangat spesifik).Perhatikan bahwa pada masing-masing kalimat ditambahkan satu informasi (dicetak miring) untuk menggerakkan pendahuluan dari topik yang umum tentang "logam berat" ke topik yang lebih khusus (spesifik) "bahan biologis sebagai metode alternatif untuk melepaskan logam berat." Meskipun demikian, jangalah memulai dari sesuatu yang terlalu umum karena hal itu berarti akan memerlukan waktu terlalu lama untuk mencapai bidang khusus dalam penelitian yang dikerjakan. Pikirkan "umum" sebagai informasi yang akan membantu pembaca naskah untuk memahami konteks dari masalah penelitian (dari pada sebagai keseluruhan bidang kajian). Penelitian sebelumnya: Sering pendahuluan mengacu pada pekerjaan penelitian yang pernah dikerjakan untuk menyediakan latar belakang (dan seringkali sangat membantu dalam mendefinisikan masalah penelitian). Sebagai contoh:Berbagai kajian tentang penggunaan protein tanaman sebagai pengganti sebagian atau secara keseluruhan makanan ikan telah dilakukan dengan menggunakan ikan air tawar maupun ikan laut (Lovell, 1987; Tacon et al., 1983; Murai et al., 1989a; Cowey et al., 1974)

Permasalahan
Penelitian haruslah sesuatu yang baru dilihat dari beberapa hal. Ia harus menambahkan pengetahuan baru pada bidang penelitian sehingga kita harus menampilkan dengan cara bagaimana karya kita mengeksplorasi bidang/issu/pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah dieksplorasi, atau belum dieksplorasi secara detail, dan atau tidak dieksplorasi dengan cara yang diterapkan dalam penelitian yang kita kerjakan. Dengan kata lain, kita perlu memberikan alasan rasional bagi penelitian yang kita kerjakan (yaitu menjelaskan mengapa kita melakukan hal tersebut). Terdapat empat cara untuk memperlihatkan bahwa kita menambahkan pengetahuan baru pada disiplin ilmu yang menjadi bidang penelitian kita:Kesenjangan: Kesenjangan (gap) dalam penelitian adalah suatu bidang dimana tidak ada atau sedikit sekali penelitian yang telah dilakukan. Hal ini diperlihatkan dengan menuliskan karya yang telah dihasilkan dalam bidang dimaksud untuk memperlihatkan adanya kesenjangan penelitian (yang akan kita isi oleh penelitian yang kita kerjakan). Sebagai contoh:Berbagai kajian tentang penggunaan protein tanaman sebagai pengganti sebagian atau secara keseluruhan makanan ikan telah dilakukan dengan menggunakan ikan air tawar maupun ikan laut (Lovell, 1987; Tacon et al., 1983; Murai et al., 1989a; Cowey et al., 1974). Walaupun demikian, sedikit yang telah diketahui tentang kelayakan penggunaan biji kedelai sebagai sumber protein dalam membudidayakan …..Memunculkan pertanyaan: Masalah pertanyaan didefinisikan dengan mengajukan sebuah pertanyaan yang jawabannya belum diketahui, dan yang dikaji dalam penelitian yang kita kerjakan. Sebagai contoh:Pertanyaan yang diajukan dalam kajian ini adalah bagaimana perubahan teknologi yang akan terjadi bila sistem secara keseluruhan perlu dirubah. Khususnya, bagaimana kita akan memulai dan mempertahankan peralihan teknologi dari teknologi berbasis hidrokarbon?Melanjutkan garis penelitian sebelumnya: Menyusun karya di atas karya yang telah dikerjakan.

Penyusunan Tinjauan Pustaka
Pengertian PustakaMeskipun mungkin orang akan membayangkan novel atau puisi ketika mendengar kata "pustaka", dalam konteks penelitian kata tersebut arti yang lebih khusus. Dalam istilah tinjauan pustaka (literature review), "pustaka" berarti karya-karya yang menjadi rujukan untuk memahami dan menyelidiki masalah penelitian. Karya-karya tersebut dapat berupa publikasi sebagai berikut:
· Artikel Jurnal
Karya dalam kelompok ini sangat bagus terutama karena informasinya yang mutakhir. Walaupun demikian, harap diingat bahwa diperlukan waktu hingga dua tahun untuk mempublikasikan suatu artikel di sebuah jurnal yang bagus. Karya dalam kategori ini sangat sering digunakan dalam tinjauan pustaka karena ringkas, formatnya up-to-date untuk penelitian, dan karena semua jurnal yang memiliki reputasi hanya mempublikasikan karya penelitian yang paling relevan dan reliabel).
· Buku
Buku cenderung kurang mutakhir karena waktu yang diperlukan lebih lama untuk menyusunnya bila dibandingkan dengan artikel jurnal. Buku teks agaknya kurang bermanfaat untuk dimasukkan ke dalam tinjauan pustaka karena buku umumnya ditujukan untuk keperluan pengajaran, bukan penelitian. Walaupun demikian, buku dapat menjadi titik awal yang baik untuk menelusuri sumber-sumber yang lebih rinci.
· Proseding Konferensi
Proseding konferensi sangat berguna karena menginformasikan penelitian paling mutakhir atau penelitian yang belum dipublikasikan. Prosiding juga akan sangat membantu untuk menyediakan informasi bagi orang-orang yang sedang melakukan penelitian pada bidang-bidang yang sama, dan untuk menelusuri karya-karya lain dari para peneliti yang sama.
· Laporan Pemerintah dan Perusahaan
Banyak departemen pemerintah dan komisi perusahaan yang melakukan penelitian. Publikasikan hasil penelitian mereka dapat menjadi sumber informasi, tergantung bidang kajian penelitian kita.
· Koran
Karena koran umumnya ditujukan untuk pembaca yang umum (tidak khusus), informasi yang disediakan sangat terbatas untuk keperluan penyusunan tinjauan pustaka. Seringkali koran bermanfaat sebagai sumber informasi tentang kecenderungaan saat ini, perubahan atau penemuan (misalnya pengumuman perubahan kebijakan pemerintah), namun kita harus melengkapinya dengan informasi yang lebih rinci dari sumber-sumber lainnya.
· Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Kelompok karya tulis ini dapat menjadi sumber pustaka yang berguna. Walaupun demikian, karya tulis kelompok ini memiliki beberapa kelemahan: 1) sulit untuk mendapatkannya karena tidak dipublikasikan dan hanya tersedia terbatas di perpustakaan universitas; 2) mahasiswa yang melakukan penelitian mungkin tidak cukup berpengalaman sehingga kita harus memperlakukan temuan dalam karya tersebut dengan lebih hati-hati bila dibandingkan dengan penelitian yang dipublikasikan.
· Internet (jurnal elektronik)
Sumber informasi yang tumbuh paling cepat adalah di Internet. Tidaklah mungkin untuk mengkarakterisasikan informasi yang tersedia di internet, namun beberapa hal penting tentang penggunaan sumber elektronik: 1) harap diingat bahwa setiap orang dapat menerbitkan informasi di Internet sehingga kualitasnya mungkin tidak reliabel; 2) informasi yang dapat kita temukan mungkin dimaksudkan untuk audiens yang umum sehingga tidak sesuai untuk dimasukkan ke dalam tinjauan pustaka (informasi yang ditujukan untuk audiens umum biasanya kurang rinci); dan 3) saat ini semakin banyak jurnal yang memiliki reputasi mempublikasikan jurnalnya secara elektronik sehingga kualitasnya lebih dapat dipercaya (tergantung reputasi dari jurnal tersebut).
· CD-ROM
Saat ini, hanya sedikit produsen CD-ROM yang menyediakan sejenis informasi yang khusus dan rinci tentang penelitian akademik. Walaupun demikian semakin banyak CD-ROM yang digunakan di perpustakaan akademik sehingga menjadi piranti untuk menelusuri informasi.
· Majalah
Kebanyakan majalah ditujukan untuk pembaca umum sehingga kurang berguna untuk pencarian informasi yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian. Beberapa majalah khusus mungkin lebih berguna (misalnya majalah bisnis untuk mahasiswa agribisnis) tetapi biasanya majalah tidak memadai untuk rujukan penelitian kecuali sebagai titik awal (misalnya informasi tentang berita atau informasi umum tentang penemuan-penemuan baru, kebijakan, dan lain-lain) yang memerlukan rujukan ke sumber-sumber yang lebih khusus.

Mengapa Menulis Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah pandangan kritis terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan yang signifikan dengan penelitian yang sedang (akan) kita lakukan. Anggapan beberapa orang bahwa tinjauan pustaka merupakan ringkasan adalah tidak benar. Walaupun kita harus meringkas penelitian yang relevan, adalah sangat penting bahwa kita juga melakukan evaluasi terhadap karya tersebut, memperlihatkan hubungannya dengan karya-karya lain, dan memperlihatkan bagaiamana karya tersebut terkait dengan penelitian kita. Dengan kata lain, kita tidak dapat hanya memberikan deskripsi sederhana, misalnya: suatu artikel: kita perlu memilih bagian mana dari penelitian untuk dibahas (misalnya metodologi), memperlihatkan bahaimana hal tersebut berhubungan dengan karya lain (misalnya: Metodologi lain mana yang telah digunakan? Apa kesamaannya? Apa perbedaannya?) dan memperlihatkan bagaimana hal tersebut terkait dengan karya kita (bagaimana hubungannya dengan metodologi penelitian kita?).Harus diingat bahwa tinjauan pustaka sebaiknya menyediakan konteks bagi penelitian kita dengan melihat pada karya apa yang telah dikerjakan dalam bidang penelitian kita. Tidak dianjurkan untuk hanya meringkas karya orang lain!!!
Beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tinjauan pustaka yang kita susun antara lain:
1) Hal mutakhir apa yang kita ketahui dalam bidang penelitian kita?
2) Apa yang menjadi karakteristik konsep kunci atau faktor utama atau variabel?
3) Apa hubungan antar konsep kunci, faktor, atau variabel tersebut?
4) Teori apa yang telah ada?
5) Dimana letak inkonsistensi atau kelemahan lain dalam pengetahuan dan pemahaman kita?
6) Pandangan apa yang perlu diuji (lebih jauh)
7) Bukti-bukti apa yang kurang, inconclusive, kontradiktif, atau terlalu sedikit?
8) Mengapa mengkaji masalah penelitian lebih jauh?
9) Sumbangan yang dapat diharapkan dari penelitian saat ini?
10) Rancangan atau metode penelitian apa yang tidak memuaskan?

Menulis Tinjauan Pustaka
Sangatlah mudah menyusun tinjauan pustaka yang jelek, dan sangat sulit menyusun yang baik. Untuk mengetahui apakah suatu tinjauan pustaka baik atau tidak, maka rujukkanlah pada pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh tinjauan pustaka.
§ Pertanyaan mana yang dijawab oleh tinjauan pustaka tersebut?
§ Pertanyaan mana yang tidak terjawab?
§ Sistem apa yang digunakan penulis tinjauan pustaka tersebut?
§ Bagus/jelekkan tinjauan pustaka tersebut? Mengapa/mengapa tidak?

Menulis Tinjauan Pustaka yang Baik

Memperhatikan dengan tujuan.
Tinjauan pustaka harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dikemukakan di atas. Perhatikan bagaimana penulis-penulis yang naskahnya diterbitkan (jurnal terkemuka) menyusun tinjauan pustakanya. Dengan mudah dapat kita lihat bahwa kita harus menggunakan pustaka untuk menjelaskan penelitian kita - jika tidak, yang kita tulis bukanlah tinjauan pustaka tetapi hanyalah memberitahu pembaca apa yang telah dilakukan peneliti lain.
Tujuan penyusunan tinjauan pustaka yaitu untuk memperlihatkan mengapa penelitian kita perlu dilakukan, bagaimana kita sampai pada keputusan memilih metodologi atau teori tertentu yang kita gunakan, bagaimana karya kita menambah informasi terhadap penelitian-penelitian yang telah ada, dan lain-lain.

Membaca dengan tujuan.
Kita memerlukan untuk meringkas karya yang kita baca tetapi kita juga harus memutuskan gagasan atau informasi yang mana yang penting bagi penelitian kita (harus kita beri tekanan), dan mana yang kurang penting sehingga bisa diabaikan dalam tinjauan kita. Harus kita lihat juga konsep utama, kesimpulan, teori, argumen, dan lain-lain yang mendasari karya tersebut, serta melihat kesamaan dan perbedaannya dengan karya terkait lainnya. Hal tersebut mungkin agak sulit dilakukan pada saat pertama kalinya, tetapi akan menjadi semakin muda dengan semakin banyaknya karya dalam bidan kajian yang sama yang kita baca.

Menulis dengan tujuan. Tujuan kita menulis tinjauan pustaka adalah untuk mengevaluasi dan memperlihatkan hubungan antar karya yang ada (Apakah teori peneliti Y lebih baik dari pada peneliti X? apakah peneliti X menyusun karyanya berdasarkan karya peneliti Y?) dan antara karya-karya tersebut dengan karya yang kita kerjakan. Untuk melakukan hal ini dengan efektif sebaiknya disusun rencana bagaimana kita akan mengorganisasikan karya tulis kita. Banyak orang yang suka menyusun karyanya secara kronologis (menggunakan waktu sebagai sistem organisasinya). Jika waktu pengembangan tidak penting untuk menjelaskan konteks masalah penelitian, penggunaan sistem kronologis tidaklah efektif untuk menyusun tinjauan pustaka. Beberapa orang mungkin menyusun tinjauan pustakanya secara alfabetis berdasarkan penulisnya: sistem ini tidak akan memungkinkan untuk menjelaskan hubungan antar karya penelitian dan dengan penelitian kita sehingga harus dihindari. Informasi lebih jauh dapat dirujuk pada Dasar-dasar Menulis yang Baik.
Bila kita membaca tinjauan pustaka yang kita tulis, maka sebenarnya kita melakukan dua hal sekaligus (dan karena itu sering menjadi lebih menyulitkan kita!):
1. kita mencoba mendefinisikan masalah penelitian: mencari kesenjangan, mengajukan pertanyaan, melanjutkan penelitian terdahulu, atau membantah teori (lihat pada bagian pendahuluan).
2. kita mencoba membaca setiap sumber yang relevan dengan masalah penelitian.
Biasanya, sebelum kita mendefinisikan masalah penelitian, kita dapat menemukan bahwa terdapat banyak sekali sumber yang relevan. Namun demikian, kita tidak dapat mendefinisikan masalah sampai kita membaca di sekitar bidang penelitian kita. Hal ini terlihat seperti lingkaran setan. Namun yang harus dilakukan sebenarnya adalah ketika membaca kita mendefinisikan masalah dan ketika mendefinisikan masalahakan semakin mudah bagi kita untuk memutuskan apa yang harus dibaca dan mana yang harus diabaikan.

Jebakan
Beberapa jebakan yang mungkin dihadapi dan sebaiknya dihindari adalah:

Mencoba membaca semuanya!
Sebagaimana mungkin pernah kita alami, bila kita ingin menyusun naskah yang komprehensif maka kita tidak pernah mampu berhenti membaca. Tinjauan pustaka bukanlah bagian naskah yang dimaksudkan untuk menyampaikan ringkasan dari semua karya yang terkait, tetapi merupakan suatu survey tentang karya yang paling relevan dan paling signifikan.

Membaca tetapi tidak menulis!
Membaca lebih mudah daripada menulis: bila disuruh memilih, orang akan memilih membaca dari pada harus menulis. Menulis memerlukan lebih banyak usaha. Walaupun demikian, menulis dapat membantu memahami dan mencari hubungan antar karya-karya yang dibaca. Jadi jangan berhenti menuliskan catatan hingga "selesai" membaca - sesudah mana mungkin masih diperlukan lagi membaca tulisan tersebut secara keseluruhan sebagai sebuah kesatuan karya tulis. Setelah itu, jangan beranggapan bahwa hasil tulisan awal yang diperoleh merupakan versi final. Menulis merupakan suatu cara berfikir; karena itu, biarkan diri anda menulis sebanyak mungkin draft yang diperlukan, merubah gagasan dan informasi seiring kita mempelajari lebih jauh tentang konteks masalah penelitian.

Tidak menyimpan informasi bibliografis!
Akan datang saatnya kita harus menuliskan halaman daftar acuan… dan kemudian kita baru menyadari telah kelupaan untuk menyimpan informasi yang diperlukan, dan bahwa kita tidak mencantumkan suatu pustaka dalam daftar acuan kita. Satu-satunya pemecahan adalah dengan meluangkan banyak waktu di perpustakaan untuk menelusuri kembali semua sumberr yang telah dibaca sambil memperhatikan naskah kita untuk mencari informasi mana berasal dari sumber yang mana. Jika beruntung, mungkin kita dapat melakukannya sebelum harus mempertahankan karya kita. Sebaliknya hal terseut akan menjadi masalah yang sangat memusingkan (bagi penulis maupun pembaca/komisi penguji). Untuk menghindarinya simpan informasi tersebut dalam bentuk catatan.

Menyusun Bab tentang Metodologi

TujuanBab tentang metodologi dimaksudkan untuk menjawab dua pertanyaan utama berikut:
1. Bagaimana data dikumpulkan atau dihasilkan?
2. Bagaimana data tersebut dianalisis?
Dengan kata lain, bab tentang metodologi memperlihatkan kepada pembaca bagaimana kita akan memperoleh hasil. Sebelum membahas lebih jauh, agar penyusunan bab tiga dapat dilakukan dengan baik penting bagi kita untuk dapat menjawab pertanyaan: mengapa kita perlu untuk menjelaskan bagaimana kita akan mendapatkan hasil dalam penelitian?Kita perlu mengetahui bagaimana data diperoleh karena metode berpengaruh terhadap hasil. Sebagai contoh, jika kita menyelidiki kandungan nitrogen tanah maka metode analisa bahan yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda.Mengetahui bagaimana data dikumpulkan akan membantu pembaca untuk mengevaluasi validitas dan reliabilitas hasil dan kesimpulan dalam penelitian kita.Sering kali terdapat metode yang berbeda yang dapat digunakan untuk menyelidiki suatu masalah penelitian yang sama. Karena itu, metodologi harus memberikan alasan yang jelas mengapa kita menggunakan suatu metode atau prosedur tertentu.Pembaca ingin mengetahui bahwa data yang dikumpulkan atau dihasilkan menggunakan suatu cara bersifat konsisten dengan praktek yang telah disepakati dalam bidang kajian yang sama. Sebagai contoh, pengukuran tinggi tidak dilakukan dengan mengukurnya dari permukaan tanah setelah tanaman dibumbung.Metode penelitian harus sesuai dengan tujuan dari penelitian. Misalnya, bila tujuan penelitian dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh suatu aplikasi terhadap kecepatan tumbuh tanaman maka variabel dan cara pengukurannya harus merujuk pada metode/ pendekatan yang sesuai. Pengukuran tinggi tanaman, dalam hal ini, tidak cukup untuk menggambarkan kecepatan tumbuh tanaman. Selisih tinggi tanaman per satuan waktu akan lebih sesuai untuk tujuan penelitian tersebut.Metodologi harus membahas masalah-masalah yang telah diantisipasi dan menjelaskan langkah-langkah yang diambil untuk mencegah masalahyang mungkin akan terjadi, masalah yang telah terjadi, dan cara-cara meminimalkan pengaruhnya.Dalam beberapa kasus, akan sangat berguna bagi peneliti lain untuk mengadaptasi atau mereplikasi metodologi kita. Dengan demikian informasi yang lengkap akan memungkinkan peneliti lain mamanfaatkan karya kita. Hal tersebut terutama berlaku untuk penelitian yang menggunakan metode-metode baru, atau adaptasi yang inovatif dari metode-metode yang sudah ada.

Masalah yang Sering Muncul
Rincian yang tidak relevan

Penjelasan yang tidak perlu tentang prosedur-prosedur dasar.Harap diingat bahwa kita tidak bermaksud menyusun panduan pelaksanaan bagi pemula melainkan orang-orang dengan tingkat keahlian yang setidaknya sama dalam disiplin ilmu kita dan kita dapat mengasumsikan bahwa merepa terbiasa dengan prosedur-prosedur dasar tersebut. Karena itu tidak kita perlukan lagi untuk mengurai prosedur-prosedur dasar secara sangat rinci. Sebagai contoh: "Kandungan klorofil total (mikrogram/gram jaringan tanaman) ditentukan secara spektrofotometrik dengan metode Anderson dan Boarman (1964), yang diadaptasi oleh Barth et al. (1992)" (Barth et al., 1993). Perhatikan bahwa penulis tidak mennjelaskan metode Anderson dan Boardman (diasumsikan bahwa hal tersebut telah diketahui oleh pembaca dengan disiplin ilmu yang sama) maupun adaptasi dari metode tersebut (karena adaptasi tersebut telah dipublikasikan dalam karyanya pada tahun 1992). Walaupun demikian, kita harus menguraikan dengan terinci prosedur-prosedur yang belum pernah terpublikasikan sebelumnya berikut alat dan bahan yang digunakan karena hal tersebut berpengaruh terhadap hasil.

Pengabaian terhadap Masalah
Sebagian besar peneliti menghadapi masalah ketika mengumpulkan atau membangkitkan data. Hendaknya masalah yang timbul tidak diabaikan atau berpura-pura tidak pernah terjadi masalah. Seringkali, pencatatan tentang bagaimanan kita mengatasi masalah dapat membentuk bagian menarik dari metodologi, dan berarti kita juga memberikan penjelasan tentang keputusan-keputusan tertentu, berikut pandangan realistis tentang penggunaan metode yang dipilih.

Gambaran Umum
Berikut ini gambaran tentang bagaimana posisi metodologi dalam penelitian kita:
Pendahuluan: pengantar ke masalah penelitian, pengantar ke tujuan penelitian, pengantar ke penjelasan tentang bagaimana tujuan akan dicapai (metodologi),
Tinjauan Pustaka: tinjauan terhadap karya sebelumnya yang terkait dengan masalah penelitian (untuk mendefinisikan, menjelaskan, atau justifikasi), tinjauan terhadap karya terkait dengan metodologi, tinjauan terhadap karya sebelumnya yang terkait dengan hasil (khususnya yang menyangkut reliabilitas, dan lain-lain).
Metodologi: (bagaimana hasil akan diperoleh): penjelasan tentang bagaimana data dikumpulkan / dibangkitkan; penjelasan tentang bagaimana data dianalisis; penjelasan tentang masalah-masalah metodologis dan pemecahannya atau pengaruhnya.
Hasil dan Pembahasan: presentasi tentang hasil; interpretasi hasil; pembahasan hasil (misalnya pembandingan hasil dengan penelitian-penelitian sebelumnya, pengaruh penggunaan metode tertentu terhadap data yang diperoleh).
Kesimpulan: apakah masalah penelitian telah terpecahkan?
seberapa jauh tujuan penelitian tercapai?
apa yang telah dipelajari dari hasil?
bagaimana pengetahuan ini dapat digunakan?
apa masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian atau metodologi penelitian? dan lain-lain.

Beberapa Contoh Jenis Penelitian yang Berbeda
Analisis : kelas-kelas data dikumpulkan dan kajian dilakukan untuk melihat pola dan memformulasikan prinsip-prinsip yang dapat menjadi panduan di masa depan.
Studi kasus: latar belakang, perkembangan, kondisi saat ini dan interaksi lingkungan terhadap satu atau lebih individu, kelompok, komunitas, usaha atau lembaga y ang diamati, dicatat untuk menyusun polanya dalam hubungannya dengan pengaruh-pengaruh internal dan eksternal.
Pembandingan: dua atau lebih kondisi yang ada dikaji untuk menentukan kesamaan dan perbedaannya.
Korelasi-prediksi: koefisien korelasi yang signifikan secara statistik antar dan antara sejumlah faktor yang dikaji dan diinterpretasikan.
Evaluasi: penelitian untuk menentukan apakah suatu program atau proyek mengikuti prosedur-prosedur yang direkomendasikan dan mencapai hasil yang ditetapkan.
Desain-demonstrasi: sistem atau program baru yang dibangun, diuji dan dievaluasi.
eksperimen: satu atau lebih variabel dimanipulasi dan hasilnya dianalisa.
survey-kuesioner: perilaku, keyakinan dan observasi terhadap kelompok tertentu diidentifikasi, dilaporkan dan diiterpretasikan.
status: contoh yang dipilih dari satu atau lebih fenomena yang diuji untuk menentukan karakteristik khususnya.
Penyusunan teori: suatu usaha untuk mendapatkan atau menguraikan prinsip-prinsip yang menjelaskan bagaimana sesuatu bekerja.
Analisa kecenderungan: memprediksi atau meramal (forecast) arah kejadian masa depan.

Menyusun Bab tentang Metodologi
Ingatlah selalu tujuan penyusunan metodologi.
Catatlah apa yang sudah dikerjakan, mengapa kita mengerjakannya, dan apa yang terjadi. Beberapa peneliti membuat catatan harian penelitian sehingga mereka memiliki catatan tentang metode yang digunakannya.
Usahakan memiliki cara untuk mencatat pekerjaan penelitian dengan efektif dan secara hati-hati memiliki bahan-bahan mana saja yang akan diikutkan dalam bab tentang metodologi.
Perhatikan siapa yang akan menjadi audiens kita, dan berhati-hati untuk tidak memasukkan ditail yang tidak perlu.
Hindari penggunaan "Saya" untuk menulis apa yang telah dikerjakan.
Jangan gunakan "kami" bila kita tidak benar-benar bekerja secara tim.

Menyusun Hasil dan Pembahasan
Hasil
Bagian hasil dari Bab 4 dimaksudkan untuk memaparkan hasil dan menjadikannya berarti bagi pembaca. Berdasarkan tujuan tersebut, maka hal-hal yang harus dimasukkan ke dalam bagian hasil adalah sebagai berikut:
Pernyataan tentang hasil: hasil dipaparkan dalam format yang mudah dipahami oleh pembaca (misalnya berupa grafik, tabel, diagram, atau teks). Sementara itu, bila diperlukan, data mentah biasanya diletakkan di bagian Lampiran.
Teks penjelasan: semua grafik, tabel, diagram dan gambar harus didampingi oleh teks yang memandu perhatian pembaca ke arah hasil yang signifikan. Teks akan menjadikan hasil lebih bermakna dengan menunjukkan hasil yang paling penting, penyederhanaan hasil (misalnya lebih baik menggunakan "hampir separo" dari pada "48,9%"), penegasan kecenderungan atau hubungan yang signifikan (misalnya "laju penurunan oksigenasi mengikuti penurunan suhu"), dan mengomentasi apakah hasil tertentu sesuai dengan harapan atau tidak

Masalah yang Sering Muncul
Teks memuat terlalu rinci hal-hal yang sebenarnya dapat dipaparkan secara sederhana berupa grafik, tabel, dan lainnya tanpa membuat hasil yang bermakna.
Pemecahannya: Ingat bahwa tabel dan lain-lainnya digunakan untuk memaparkan banyak informasi secara efisien dan tugas penulis mengarahkan perhatian pembaca pada informasi/bagian yang paling penting.

Organisasi Naskah
Terdapat dua cara utama untuk mengorganisasikan naskah pemaparan hasil:
Memaparkan semua hasil, kemudian menampilkan pembahasan (mungkin dalam bagian yang terpisah).
Memaparkan sebagian hasil lalu membahasnya diikuti dengan pemaparan bagian hasil lainnya berikut pembahasannya dan seterusnya.
Metode pengorganisasian yang digunakan tergantung pada kuantitas dan jenis hasil yang diperoleh dari penelitian. Kita harus mencari metode pemaparan yang dapat menyajikan informasi dan gagasan sejelas mungkin bagi pembaca.

Pembahasan
Tujuan dari bagian pembahasan adalah untuk memberikan komentar dan penjelasan terhadap hasil. Secara umum pembahasan mencakup hal-hal berikut ini:
· Penjelasan tentang hasil: komentar penulis tentang apakah hasil sesuai dengan harapan atau tidak, pemaparan penjelasan hasil, khususnya yang tidak memenuhi harapan atau tidak memuaskan.
· Perujukan ke penelitian-penelitian sebelumnya: perbandingan hasil dengan yang dilaporkan pada pustaka rujukan, atau penggunaan pustaka untuk mendukung suatu pernyataan hasil , hipotesis atau deduksi.
· Deduksi: suatu pernyataan tentang bagaimana hasil dapat diaplikasikan lebih umum (kesimpulan berdasarkan alasan-alasan yang diperoleh dari hasil (misalnya: …)
· Hipotesis: suatu pernyataan umum atau kesimpulan yang mungkin muncul dari hasil (yang akan dibuktikan atau dibantah pada penelitian berikutnya).

Masalah yang Sering Terjadi
Masalah yang sering dihadapi para penulis untuk menyusun bagian pembahasan adalah: bahwa pembahasan tidaklah membahas, namun hanya menguraikan hasil lebih rinci saja.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka ketika menyusun bagian pembahasan harus selalu diingat bahwa maksud penyusunannya adalah untuk menjelaskan hasil.

Menulis Bab Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Penyusunan bab tentang kesimpulan dan saran ditujukan untuk memberi ringkasan tentang:
· Apa yang telah dipelajari (biasanya di bagian awal kesimpulan)
· Apa saja yang masih harus dipelajari (arah penelitian berikutnya)
· Hasil yang diperoleh dalam penelitian (evaluasi)
· Manfaat, kelebihan, dan aplikasi temuan penelitian (evaluasi)
· Rekomendasi

Masalah yang Sering Dihadapi
Terlalu panjang. Bab tentang kesimpulan seharusnya ringkas saja. Sebagai gambaran, pada banyak publikasi hasil penelitian bagian kesimpulan mencakup hingga 2,5% dari keseluruhan laporan.
Terlalu rinci. Kesimpulan yang terlalu panjang seringkali disebabkan memuat rincian yang tidak perlu.
Bab tentang kesimpulan bukanlah tempat bagi rincian tentang metodologi atau hasil penelitian. Walaupun kita harus memberikan ringkasan tentang apa yang telah dipelajari dalam penelitian, ringkasan tersebut tidak harus panjang karena penekanan pada bagian kesimpulan terletak pada implikasi, evaluasi, dlsb.
Tidak memberikan komentar pada isue-isue yang lebih besar / lebih signifikan. Bila pada bagian pendahuluan dimaksudkan untuk bergerak dari umum (bidang kajian) ke khusus (topik penelitian), maka dalam bagian kesimpulan kita harus bergerak dari yang lebih khusus (penelitian kita) kembali ke umum (bidang kajian, bagaimana penelitian kita akan mempengaruhi dunia). Dengan kata lain, dalam kesimpulan kita harus meletakkan penelitian kita ke dalam konteks.
Tidak menjelaskan kompleksitas dari sebuah kesimpulan atau situasi. Aspek negatif dari penelitian kita seharusnya tidak diabaikan. Masalah, kelemahan, dan lain-lain sejenisnya dapat dimasukkan ke dalam bagian kesimpulan sebagai suatu cara untuk mengkualifikasikan kesimpulan yang kita buat (memperlihatkan aspek-aspek negatif, bahkan seandainya hal tersebut lebih bermakna dibandingkan dengan aspek-aspek positifnya)
Tidak memuat secara jelas tapi ringkas tentang apa yang telah dipelajari dari penelitian. Agar dapat membahas bagaimana penelitian kita sesuai dengan bidang kajian maka kita perlu menyusun kesimpulan seringkas mungkin. Seringkali ringkasan terssebut hanya terdiri dari beberapa kalimat.
Gagal untuk memenuhi tujuan penelitian. Sering terjadi tujuan penelitian mengalami perubahan ketika penelitian sedang dijalankan. Hal tersebut tidak menjadi masalah sepanjang kita tidak lupa untuk kembali dan menyusun ulang tujuan yang telah ditulis pada bagian pendahuluan sehingga secara akurat merefleksikan apa yang sedang kita selesaikan dalam penelitian (bukan apa yang kita pikirkan akan dapat diselesaikan pada saat kita mengawali penelitian).

Berikut ini adalah sebuah contoh bagaimana sebuah tujuan dan kesimpulan tidak bertemu.
Tujuan: Tujuan utama kajian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pembangunan jalan terhadap komunitas desa.
Kesimpulan: Model yang dihasilkan dalam kajian ini dapat secara akurat memprediksi pengaruh sosial dan ekonomis pembangunan jalan di desa.
Jika kita menulis ulang tujuan agar sesuai dengan apa yang sebenarnya kita lakukan (yaitu mengembangkan suatu model) agar sesuai dengan kesimpulan, maka tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
Tujuan hasil penulisan ulang: Tujuan utama dari kajian ini adalah mengembangkan sebuah model untuk memprediksi pengaruh sosial ekonomis pembangunan jalan terhadap komunitas pedesaan.

==================================================================
CONTOH !!
PEDOMANPENULISAN TUGAS AKHIR (TA) PROGRAM STUDI DIPLOMA III BAHASA INGGRIS

A. Teknik Penulisan Tugas Akhir
1. Bagian Awal
Bagian ini berisi judul tugas akhir, halaman persetujuan dosen pembimbing, halaman pengesahan panitia ujian tugas akhir, kata pengantar, abstrak, daftar lampiran dan daftar gambar. Masing-masing diketik pada halaman tersendiri.

2. Bagian Pendahuluan
Bab pendahuluan pada tugas akhir meliputi latar belakang masalah, batasan pengertian, tujuan dan manfaat, teknik pengumpulan data, sistematik laporan:

a. Latar Belakang Masalah
Sub bab ini berisi hal-hal yang melatarbelakangi masalah yang dibahas/ diteliti, motivasi pemilihan masalah. Penulis mengemukakan sebab-sebab mengapa masalah tersebut perlu diteliti dan ditulis. Dari pengalaman, literatur, dan kajian teoritis yang dibacanya dapat dikemukakan alasan-alasan itu, misalnya :
1) Arti penting atau peranan topik pembicaraan
2) perlunya pembinaan/ peningkatan di bidang topik pembicaraan itu;
3) perlunya masukan sebagi bahan pembinaan/ peningkatan di bidang topik pembiraan;
4) perlunya penelitian dilakukan baik untuk kemanfaatan praktisnya (pembinaan/ peningkatan kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, sikap petugas) maupun untuk kemanfaatankeilmuan (pengembangan teori);
5) kerelevanan obyek penelitian sebagai sumber data untuk dua segi kemanfaatan penelitian (Widyamartaya & Sudiati, 1997:96)

b. Batasan Masalah/ Pengertian
Sub bab ini memuat rumusan masalah atau definisi pengertian yang berkaitan dengan judul tulisan.

c. Tujuan dan Manfaat
Sub bab ini berisi tentang tujuan mahasiswa menulis tugas akhir, dan segala manfaat yang diambil dari penulisan tersebut.

d. Teknik Pengumpulan Data
Sub bab ini memuat teknik-teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh mahasiswa dalam proses penulisan tugas akhir. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain observasi, wawancara, kuesioner, pengumpulan dokumen, dll.

3. Bagian Tinjauan Pustaka
Bagian ini merupakan jalan yang akan dilewati oleh penulis untuk membangun kerangka berpikir (dasar teori). Kerangka berpikir akan dimanfaatkan oleh penulis makalah sebagai pisau analisis masalah. Agar pisau analisis masalah semakin tajam, studi kepustakaan harus mampu menelusur berbagai teori, pendapat, otoritas, serta hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan permasalahan yang dikemukakan. Semakin lengkap butir-butir teori yang dikemukakan akan semakin canggih kerangka berpikir yang dapat dibangun. Hal ini berarti bahwa penulis memiliki referensi bacaan yang lengkap pula. Namun demikian, tidak berarti bahwa penulis yang masih memiliki referensi terbatas kemudian tidak mampu menulis makalah. (Pranowo dkk., 1996 : 37-38).
Studi pustaka mempunyai tiga fungsi yang penting. Pertama, memberikan gambaran tentang topik masalah kepada pembaca; kedua, meyakinkan pembaca bahwa penulis mengetahui banyak hal tentang topik masalah yang sedang diteliti; ketiga, mengembangkan wawasan tentang bidang studi yang diteliti.
Sedangkan urutan kutipan (citation) dapat dilakukan dengan tiga cara. Pertama, dimulai dari hasil penelitian atau pustaka yang paling jauh hubungannya (most distantly related) ke hasil peneletian atau pustaka yang paling dekat hubungannya (most closely related); kedua, menggunakan urutan kronologis; dan ketiga mengelompokkan menurut pendekatan-pendekatan yang berbeda (different approaches) kemudian kutipan-kutipan dalam masing-masing kelompok ditulis secara kronologis atau dari umum ke khusus (Weissberg & Buker, 1990: 41-45).

4. Bagian Hasil dan Pembahasan
Dalam menulis bagian Hasil, penulis paling tidak menguraikan dua hal. Pertama, dia harus menjelaskan eksperimennya secara menyeluruh tanpa mengulangi uraian secara rinci eksperimen yang telah diuraikan pada bagian Bahan dan Metode. Kedua, dia harus menyajikan data. Kadang-kadang bagian Hasil ditulis dalam satu kalimat :”The results are shown in Table 1.”
Bagian Hasillah yang berisi pengetahuan baru, di mana penulis tersebut menyumbangkan sesuatu kepada dunia.
Secara umum hasil dapat disajikan secara bertahap dalam tiga bagian, yaitu uraian temuan data dan informasi yang terkumpul, analisis sesuai dengan rancangan penelitian, dan penafsiran serta penjelasan sintesisnya. Hasil pengamatan atau kumpulan wawancara lengkap dengan data pendukungnya yang terhimpun (spesies, foto, dokumen) dirangkum secara obyektif. (Rifai, 1995:75).
Bagian Pembahasan merupakan bagian yang utama dari seluruh naskah; keberhasilan penulis dalam beberapa hal tergantung pada bagian ini, dan ini merupakan bagian tersulit untuk menuliskannya.
Beberapa naskah mungkin ditolak oleh redaktur jurnal karena bagian Pembahasan yang kurang memadai, meskipun data naskah tersebut sahih dan menarik. Beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam bagian Pembahasan adalah sebagai berikut.
1. Sebutkan prinsip-prinsipnya, hubungannya, dan generalisasi yang ditunjukkan pada bagian Hasil.
2. Sebutkan penyimpangan-penyimpangan atau tidak adanya korelasi, dan rumuskan hal-hal yang kurang pasti.
3. Tunjukkan bagaimana hasil dan interpretasi cocok atau berlawanan dengan karya lain yang diterbitkan sebelumnya.
4. Bahaslah implikasi-implikasi teoritis pada naskah anda, demikian juga kemungkinan adanya aplikasi praktis.
5. Sebutkan kesimpulannya secara lengkap.

5. Bagian Kesimpulan
Bagian ini berisi rangkulam hal-hal yang pokok yang telah diuraikan dalam Bab III dan saran-saran dari penulis Laporan Kerja Praktek. Pada bagian kesimpulan tidak ada kutipan sumber, uraian, contoh-contoh dan panjangnya tidak lebih dari dua halaman.

Catatan :
Setelah bagian kesimpulan dicantumkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
Daftar pustaka berupa buku, majalah, surat kabar, dokumen, dsb.
Daftar lampiran dapat berupa dokumen/ arsip, gambar-gambar, photo, dll.

B. Teknik Pengetikan Tugas Akhir
1. Tugas Akhir (TA) diketik dengan word processor.
2. Tugas Akhir (TA) ditulis dengan bahasa Inggris.
3. Kertas yang dipergunakan jenis HVS, warna putih, minimal 60 gram, ukuran kuarto 21 x 28 cm.
4. Kertas diketik pada satu halaman saja, tidak timbal balik.
5. Lajur bagian kiri kertas dikosongkan selebar 4,5 cm, bagian atas 4 cm, bagian bawah 3 cm, dan bagian kanan 2,5 cm.
6. Penomoran halaman dengan angka Arab berlaku untuk bagian tubuh laporan. Halaman berjudul tidak diberi nomor.
7. Halaman-halaman pengantar, daftar isi dan daftar singkatan diberi nomor dengan angka romawi kecil.
8. Tebal Tugas Akhir (TA) sekurang-kurangnya 15 halaman (tidak termasuk lampiran-lampiran).
9. Tugas Akhir (TA) dijilid dengan kertas karton manila berwarna biru muda. Pada halaman judul itu harus dicantumkan data-data seperti yang terdapat pada contoh.
10. Jumlah yang harus diserahkan lima eksemplar.